Catatan Prasetyo Abu Kaab

10 Mei 2016

Kajian Nawaqidhul Islam | Pembatal-pembatal Islam


Risalah Nawaqidhul Islam merupakan risalah yang sangat penting. Bahkan, sebagian ulama menjadikannya sebagai risalah pertama yang dipelajari oleh penuntut ilmu, di bidang tauhid, sebelum Tsalatsatul Ushul dan Qowa'idul Arba'.
Berikut ini beberapa point faedah yang kami sarikan dari dars syarh nawaqidhil islam oleh Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullaah.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
اعْلَمْ أَنَّ مِنْ أَعْظَمِ نَوَاقِضِ الإِسْلَامِ عَشَرَة
Ketahuilah bahwa termasuk pembatal keislaman terbesar ada 10 yaitu:
  • Makna Nawaqidhul Islam 
  • Pentingnya Mengetahui Nawaqidhul Islam 
    • 1. Perhatian para Ulama terhadapnya 
    • 2. Dhoruriyyaat Khomsah 
  • Empat Ushul Riddah : perkataan, keyakinan, perbuatan, dan keragu-raguan 
  • Tiga Macam Manusia menyikapi Nawaqihul Islam 
    • 1. Khawarij 
    • 2. Murji'ah 
    • 3. Ahlus Sunnah
الأَوَّلُ: الشِّرْكُ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَالدَلِيلُ قَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء﴾ وَمِنْهُ الذَّبْحُ لِغَيْرِ اللهِ، كَمَنْ يَذْبَحُ لِلْجِنِّ أَوْ لِلْقَبْرِ.
Pertama: syirik dalam beribadah kepada-Nya. Dalilnya adalah firman-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya Allâh tidak mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa di bawahnya bagi siapa yang dikehendaki-Nya?” (QS. An-Nisâ [4]: 48) 
Di antara syirik adalah menyembelih untuk selain Allâh seperti orang yang menyembelih untuk jin atau orang mati.
  • Wajibnya takut terhadap fithah agama, khususnya syirik 
  • Definisi Ibadah
  • Dua syarat ibadah : Ikhlas dan Mutaaba'ah
  • Makna Syirik, dan pendapat-pendapat yang salah tentang syirik 
  • Dua macam syirik
الثَّانِي: مَنْ جَعَلَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ وَسَائِطَ يَدْعُوهُمْ وَيسْأَلُهُمْ الشَّفَاعَةَ، وَيَتَوَكَّلُ عَلَيْهِمْ كَفَرَ إِجْمَاعًا.
Kedua: siapa menjadikan perantara-perantara antara dirinya dengan Allâh di mana dia berdoa kepada mereka, meminta syafaat kepada mereka, dan bertawakkal kepada mereka, maka dia kafir berdasarkan ijma’.
  • Tafsir wasilah di al-maidah:35 dan al-isro:57
  • Allah tidak serupa dg Raja dunia yg butuh wasilah/menteri
  • Orang Shalih dan wasilah
    • Keshalihan orang shalih ialah untuk dirinya sendiri
    • Tawassul, dan Macam-macamnya :
      • 1. Tawassul dibolehkan (dg nama-nama dan sifat-sifat Allah, dan dg doa orang shalih yg masih hidup)
      • 2. Tawassul dilarang : dg kedudukan/hak/pribadi orang  shalih (merupakan wasilah kepada syirik)
    • Syafa'at, dan macam-macamnya
      • 1. Syafa'at yg ditetapkan, dan syarat-syaratnya
      • 2. Syafa'at yg ditolak
الثَّالِثُ: مَنْ لَمْ يُكَفِّرِ المُشْرِكِينَ أَوْ شَكَّ فِي كُفْرِهِمْ، أَوْ صَحَّحَ مَذْهَبَهُم،ْ كَفَرَ.
Ketiga: siapa yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, ragu akan kekafiran mereka, atau membenarkan keyakinan mereka, maka dia kafir berdasarkan ijma’.
  • Keumuman risalah nabi muhammad
  • Kekafiran mencakup agama (misal yahudi, nashrani, Hindu) dan pemikiran (misal sekulerisme, komunisme, liberalisme)
  • Hal-hal yang berkaitan dg pengkafiran orang kafir :
    • Wajibnya membenci orang kafir
    • Tidak boleh mengurusi jenazahnya
    • Tidak mewarisi, dan diwarisi
    • Tidak boleh menikahkan putrinya dg mereka
    • Wajibnya hijrah dari negeri kafir, jika tidak mampu menampakkan agamanya
    • Tidak memulai salam
    • Tidak mendahulukan mereka dalam duduk / jalan
    • Tidak boleh masuk masjidil haram
    • Wajibnya waliyul amri untuk mengeluarkan mereka dari arab
    • Larangan memuji mereka
    • Larangan tasyabbuh dengan mereka
  • Diperbolehkan bermuamalah dg mereka dlm perkara2 mubah, kemanfaatan bersama; tanpa wala' dan kecintaan, seperti berdagang, mengadakan perjanjian, membalas kebaikan
الرَّابِعُ: مَنْ اعْتَقَدَ أَنَّ غَيْرَ هَدْي النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم أَكْمَلُ مِنْ هَدْيِهِ وَأَنَّ حُكْمَ غَيْرِهِ أَحْسَنُ مِنْ حُكْمِهِ كَالذِينَ يُفَضِّلُونَ حُكْمَ الطَّوَاغِيتِ عَلَى حُكْمِهِ فَهُوَ كَافِرٌ.
Keempat: siapa yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih sempurna daripada petunjuk beliau, atau selain hukum beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih baik daripada hukum beliau seperti orang-orang yang lebih mendahulukan hukum thaghut daripada hukum beliau, maka dia kafir.

  • Petunjuk beliau merupakan petunjuk yang paling baik
  • Hukum beliau merupakan hukum yang paling sempurna
  • Contoh-contoh kekufuran berkaitan dg berhukum kepada selain syariat Islam
  • Hukum Allah merupakan ibadah, dan kewajiban bagi seluruh manusia
  • Kafir ashghor dalam berhukum kepada selain syariat islam
  • Berhukum dengan syariat islam mencakup pertikaian, aqidah, ibadah, amar ma'ruf nahi mungkar

الخَامِسُ: مَنْ أَبْغَضَ شَيْئًا مِمَّا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم - وَلَوْ عَمِلَ بِهِ -، كَفَرَ، وَالدَلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ﴾
Kelima: siapa membenci apa pun dari apa yang dibawa Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam meskipun mengerjakannya, maka ia kafir. Dalilnya adalah firman-Nya: “Demikian itu karena mereka membenci apa yang Allâh turunkan sehingga Dia menghapus amal kebaikannya.” (QS. Muhammad [47]: 9)

  • Apa-apa yg dibawa oleh Rasul / apa-apa yg diturunkan oleh Allah, ada 2 : alquran dan assunnah
  • Tiga kelompok manusia menyikapi apa-apa yg diturunkan oleh Allah :
    • 1. Kafir ashliy => membenci
    • 2. Munafiqin => membenci
    • 3. Mukminin => mencintai
  • Contoh-contoh pada jaman sekarang : riba, persamaan gender (warisan, pekerjaan), hijab, liberalisme
  • Bahayanya pembatal ini, krn kesamarannya
  • Wajibnya memuliakan alquran dan assunnah


السَّادِسُ: مَنِ اسْتَهْزَأَ بِشَيْءٍ مِنْ دِينِ اللهِ، أَوْ ثَوَابِهِ، أَوْ عِقَابِهِ، كَفَرَ، وَالدَلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِؤُونَ * لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ﴾
Keenam: siapa yang mengolok-olok apa pun dari agama Allâh, atau pahala-Nya, atau siksa-Nya adalah kafir. Dalilnya adalah firman-Nya: “Katakanlah: apakah terhadap Allâh, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kalian mengolok-ngolok. Tidak perlu meminta maaf karena sungguh kalian telah kafir setelah kalian beriman.” (QS. At-Taubah [9]: 65-66)

  • Faedah-faedah dari ayat :
    • - wajib memuliakan Allah, rasul-Nya, al-quran, assunnah, shahabat, ulama
    • - keumuman hukum bagi pengucap dan pendengar (tnp pengingkaran)
    • - bergurau dan main-main dalam mencela
    • - kebodohan terhadap hukuman, tidak menghalangi pengkafiran
  • Istihzah' ada dua macam : dg isyarat dan dg lisan

السَّابِعُ: السِّحْرُ - وَمِنْهُ: الصَّرْفُ وَالعَطْفُ-، فَمَنْ فَعَلَهُ أَوْ رَضِيَ بِهِ كَفَرَ، وَالدَلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ﴾
Ketujuh: sihir misalnya sharf dan ‘athf. Siapa yang melakukannya atau ridha terhadapnya maka kafir. Dalilnya adalah firman-Nya: “Keduanya tidak mengajari seorangpun kecuali mengatakan: kami hanyalah fitnah maka janganlah kamu kafir.” (QS. Al-Baqarah [2]: 102)

  • Sihir ada 2 macam : haqiqiy dan tahyiliy
  • Terdapat 5 sisi pendalilan dari ayat, ttg kafirnya tukang sihir
  • Pengkafiran thd sihir mencakup : orang yg belajar, yg mengajar, yg mengamalkan, yg ridha
  • Taubat tukang sihir tidak menghalangi hukuman mati
  • Pengobatan dari sihir ialah dg rukyah

الثَّامِنُ: مُظَاهَرَةُ المُشْرِكِينَ وَمُعَاوَنَتُهُمْ عَلَى المُسْلِمِينَ وَالدَلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِين﴾
Kedelapan: menolong orang-orang musyrik dan membantu mereka dalam melawan kaum muslimin. Dalilnya adalah firman-Nya: “Siapa dari kalian yang berloyal kepada mereka maka ia bagian dari mereka. Sesungguhnya Allâh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.” (QS. Al-Mâ`idah [5]: 51)

  • Termasuk bab "loyalitas kepada orang kafir"
  • Macam-macam menolong orang kafir dalam menjatuhkan kaum muslimin :
    • - mudhooharoh yg disertai kecintaan
    • - mudhooharoh yg terpaksa, tanpa kecintaan (misal kaum muslimin yg mampu berhijrah, tp tidak melakukannya) => dikhawatirkan kekafirannya
    • - mudhooharoh, tanpa paksaan dan tanpa kecintaan => dikhawatirkan kekafirannya
    • - menolong orang kafir dalam menjatuhkan orang kafir yg mengikat perjanjian dg kaum muslimin => haram
    • - mencintai orang kafir, tanpa menolong mereka => haram
  • Permasalahan :
    • - pernikahan antara muslim dengan kafir
    • - membalas kebaikan orang kafir
    • - bolehnya bermuamalah dg orang kafir, dlm perkara dunia
    • - berbakti kpd orang tua yg kafir
    • - mudaaraah, bukan mudaahanaah

التَّاسِعُ: مَنْ اعْتَقَدَ أَنَّ بَعْضَ النَّاسِ يَسَعُهُ الخُرُوجُ عَنْ شَرِيعَةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم كَمَا وَسِعَ الخَضِرُ الخُرُوجَ عَنْ شَرِيعَةِ مُوسَى عَلَيهِ السَّلَامُ، فَهُوَ كَافِرٌ.
Kesembilan: siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia tidak wajib mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia boleh keluar dari syariat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Khidhir keluar dari syariat Musa ‘alaihissalam, maka ia kafir.

  • Keumuman risalah beliau, shg semua manusia wajib mengikuti beliau
  • Khidir bukan dari bani israil, shg tidak wajib mengikuti syariat musa
  • Kekufuran ialah bagi orang yang menghalalkan
  • Point ini mencakup : orang sekuler (memisahkan negara dari agama), ahli kalam (memisahkan aqidah dari alquran dan assunnah)

العَاشِرُ: الإِعْرَاضُ عَنْ دِينِ اللهِ تَعَالَى لَا يَتَعَلَّمُـهُ وَلَا يَعْمَـلُ بِهِ، وَالدَلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ﴾
Kesepuluh: berpaling dari agama Allâh dengan tidak mempelajarinya atau mengamalkannya. Dalilnya firman-Nya: “Dan siapakah yang lebih zhalim daripada seseorang yang dibacakan kepadanya ayat-ayat Rabb-nya lalu dia berpaling darinya. Sesungguhnya Kami akan menghukum orang-orang pendosa.” (QS. As-Sajdah [32]: 22)

  • Belajar ilmu agaman terbagi menjadi dua : fardhu 'ain dan fardhu kifayah
  • Makna i'fadh, yaitu berpaling dari sesuatu, disertai tidak adanya keinginan terhadap sesuatu tsb
  • Kisah 3 orang, dg 3 sikap berbeda thd majelis rasulullah
  • Kisah 3 orang yg pertama kali dilemparkan ke neraka
  • Keutamaan belajar ilmu agama

وَلَا فَرْقَ فِي جَمِيعِ هَذِهِ النَّوَاقِضِ بَيْنَ الهَازِلِ وَالجَادِّ وَالخَائِفِ إِلَّا المُكْرَهِ. وَكُلُّهَا مِنْ أَعْظَمِ مَا يَكُونُ خَطَرًا، وَأَكْثَرِ مَا يَكُونُ وُقُوعًا، فَيَنْبَغِي لِلْمُسْلِمِ أَنْ يَحْذَرَهَا وَيَخَافَ مِنْهَا عَلَى نَفْسِهِ. نَعُوذُ بِاللهِ مِنْ مُوجِبَاتِ غَضَبِهِ، وَأَلِيمِ عِقَابِهِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Tidak ada perbedaan dalam pembatal-pembatal ini antara orang yang bercanda, serius, atau takut kecuali orang yang dipaksa. Semua pembatal ini termasuk perkara besar yang perlu diwaspadai dan termasuk perkara yang sering terjadi. Wajib bagi setiap muslim untuk mewaspadainya dan takut menimpa dirinya. Kita berlindung kepada Allâh dari mendapatkan kemurkaan-Nya dan pedihnya siksa-Nya.

  • Tidak adanya udzur krn bermain-main, sungguh-sungguh, dan takut; kecuali dipaksa
  • Syarat paksaan sebagaimana di an-nahl:106


Referensi :
- http://terjemahmatan.blogspot.com/2015/11/nawaqidhul-islam-pembatal-islam-matan.html
- Syarh Nawaqidhul Islam, Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullaah

9 Mei 2016

Biografi Ringkas Muhammad bin Abdul Wahhab

Mei 09, 2016 Posted by Abu Kaab , No comments

Nama dan Nasab

Imam Mujaddid Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin 'Aliy at-Tamimiy

Kelahiran

Lahir di 'Uyainah 1115 H.

Kehidupan Ilmiyah


  • Beliau tumbuh di lingkungan yg penuh dengan ilmu, kemuliaan, dan agama. 
  • Ayah beliau ialah seorang ulama besar, dan kakek beliau ialah seorang ulama yang terkenal di Nejd.
  • Telah menyelesaikan hafalan al Quran sebelum mencapai usia 10 tahun.
  • Beliau dikaruniai hafalan yang kuat, sehingga menghafal banyak matan-matan dalam berbagai bidang
  • Beliau juga bersungguh-sungguh dan semangat dalam menuntut ilmu

Karya

Diantara karya beliau :

  • Kitabut Tauhid, 
  • Kasyfusy Syubuhaat, 
  • Ushul Tsalatsah, 
  • Nawaqidhul Islam, 
  • Fadhlul Islam
  • dan lain-lain

Wafat

Beliau wafat 1206 H, 91 tahun.

8 Mei 2016

Kajian Ushul Sittah | Enam Landasan dalam Beragama

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
مِنْ أَعْجَبِ الْعُجَابِ ، وَأَكْبَرِ الآيَاتِ الدَّالَةِ عَلَى قُدْرَةِ الْمَلِكِ الْغَلَّابِ سِتَّةُ أُصُوْلٍ بَيَّنَهَا اللهُ تَعَالَى بَيَانًا وَاضِحًا لِلْعَوَامِّ فَوْقَ مَا يَظُنُّ الظَّانُّوْنَ، ثُمَّ بَعْدَ هَذَا غَلِطَ فَيْهَا أَذْكِيَاءُ الْعَالَمِ وَعُقَلَاءُ بَنِيْ آدَمَ إِلَّا أَقَلَّ الْقَلِيْلِ .
Di antara perkara yang sangat menakjubkan dan sekaligus sebagai tanda yang sangat besar atas kekuasaan Allah Ta’ala adalah enam landasan yang telah Allah Ta’ala terangkan dengan sangat gamblang sehingga mudah dipahami oleh orang-orang awam sekalipun, lebih dari yang disangka oleh orang-orang. Namun setelah ini, orang-orang yang cerdas dan berakal dari kalangan Bani Adam keliru dalam masalah itu, kecuali sedikit sekali dari mereka.
--------------------------
  • Basmalah
    • tujuan, yaitu meminta keberkahan dan pertolongan
    • perbedaan arrahman dan arrahim
  • Penjelasan umum tentang isi kitab, yaitu enam perkara pokok yang banyak orang keliru
  • Sebab kekeliruan, yaitu
    • hanya mencukupkan alquran sbg bahan bacaan, tnp tadabbur
    • taklid kepada nenek moyang


اَلْأَصْلُ الْأَوَّلُ : إِخْلَاصُ الدِّيْنِ لِلهِ تَعَالَى وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لهُ ، وَبَيَانُ ضِدِّهِ الذِيْ هُوَ الشِّرْكُ بِاللهِ، وَكَوْنُ أَكْثَرِ الْقُرْآنِ فِي بَيَانِ هَذَا الْأَصْلِ مِنْ وُجُوْهٍ شَتَّى بِكَلَامٍ يَفْهَمُهُ أَبْلَدُ الْعَامَّةِ، ثُمَّ صَارَ عَلَى أَكْثَرِ الْأُمَّةِ مَا صَارَ . أَظْهَرَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ الْإِخْلَاصَ فِي صُوْرَةِ تَنَقُّصِ الصَّالِحِيْنَ وَالتَّقْصِيْرِ فِي حُقُوْقِهِمْ، وَأَظْهَرَ لَهُمُ الشِّرْكَ بِاللهِ فِي صُوْرَةِ مَحَبَّةِ الصَّالِحِيْنَ وَاتِّبَاعِهِمْ .

Landasan Pertama - Ikhlas dan penjelasan lawannya, yaitu syirik 

Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan penjelasan lawannya yaitu kesyirikan terhadap Allah. Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan landasan tersebut dari berbagai sisi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam yang paling bodoh sekalipun. Kemudian seiring berjalannya waktu, tatkala terjadi perubahan pada mayoritas masyarakat, setan menampakkan kepada mereka keikhlasan dalam bentuk penghinaan kepada orang-orang shalih dan merendahkan hak-hak mereka serta menampakkan kesyirikan kepada Allah Ta’ala dalam bentuk kecintaan kepada orang-orang shalih dan pengikut mereka.
-------------------------
  • Perkataan Ibnul Qayyim : Semua ayat dalam al-quran berbicara tentang tauhid
  • Makna tauhid (jika disebutkan terpisah) ialah tauhid uluhiyah
  • Semua umat manusia mengakui tauhid rububiyah, baik secara fithrah maupun dhoruriy
  • Wajibnya mencintai orang shalih, dan larangan berlebihan di dalamnya
اَلْأَصْلُ الثَّانِيْ أَمَرَ اللهُ بِالاجْتِمَاعِ فِي الدِّيْنِ وَنَهَى عَنِ التَّفَرُّقِ، فَبَيَّنَ اللهُ هَذَا بَيَانًا شَافِيًا تَفْهَمُهُ الْعَوَامُّ ، وَنَهَانَا أَنْ نَكُوْنَ كَالذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا قَبْلَنَا فَهَلَكُوْا، وَذَكَرَ أَنَّهُ أَمَرَ الْمُسْلِمِيْنَ بِالاجْتِمَاعِ فِي الدِّيْنِ وَنَهَاهُمْ عَنِ التَّفَرُّقِ فِيْهِ ، وَيَزِيْدُهُ وُضُوْحًا مَا وَرَدَتْ بِهِ السُّنَّةُ مِنَ الْعَجَبِ الْعُجَابِ فِي ذَلِكَ، ثُمَّ صَارَ الْأَمْرُ إِلَى أَنَّ الافْتِرَاقَ فِي أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَفُرُوْعِهِ هُوَ الْعِلْمُ وَالْفِقْهُ فِي الدِّيْنِ، وَصَارَ الْأَمْرُ بِالاجْتِمَاعِ لَا يَقُوْلُهُ إِلَّا زِنْدِيْقٌ أَوْ مَجْنُوْنٌ

Landasan Kedua - Bersatu di atas agama dan larangan berserai berai

Allah memerintahkan kita bersatu dalam menjalankan agama-Nya dan melarang bercerai-berai. Allah Ta’ala telah menjelaskan masalah tersebut dengan gamblang sehingga bisa dipahami oleh orang awam sekalipun. Dia melarang kita mengikuti orang-orang sebelum kita, yang bercerai-berai dan berselisih sehingga mereka binasa. Hal tersebut juga dijelaskan dalan As-Sunnah. Namun di kemudian hari, bercerai-berai dalam pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya dianggap sebagai ilmu dan pengetahuan agama, sedangkan bersatu dalam menjalankan agama malah dianggap sebagi sesuatu yang hanya pantas dilontarkan oleh orang-orang zindiq atau gila.
--------------------------
  • Dalil wajibnya bersatu, dan larangan bercerai-berai
  • Kaedah yang salah : bersatu atas hal-hal yang disepakati, dan memberi di dalam hal-hal yang diperselisihkan
  • Hadis tidak ada asalnya : ikhtilaafu ummatiy rahmah
  • Wajib mengembalikan perkara kepada al-quran dan sunnah jika terjadi ikhtilaf
  • Kaedah : Tidak ada pengingkaran dalam permasalah ijtihadiy
اَلْأَصْلُ الثَّالِثُ أَنَّ مِنْ تَمَامِ الاجْتِمَاعِ السَّمْعَ وَالطَّاعَةَ لِمَنْ تَأَمَّرَ عَلَيْنَا وَلَوْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا ، فَبَيَّنَ النَبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ هَذَا بَيَانًا شَائِعًا ذَائِعًا بِكُلِّ وَجْهٍ مِنْ أَنْوَاعِ الْبَيَانِ شَرْعًا وَقَدَرًا ، ثُمَّ صَارَ هَذَا الْأَصْلُ لَا يُعْرَفُ عِنْدَ أَكْثَرِ مَنْ يَدَّعِيْ الْعِلْمَ فَكَيْفَ الْعَمَلُ بِهْ؟

Landasan Ketiga - Mendengar dan taat kepada para pemegang kekuasaan

Sesungguhnya untuk lebih menyempurnakan landasan yang kedua, yaitu bersatu dalam menjalankan agama, diperlukan sikap mau mendengar dan taat kepada para pemegang pemerintahan, walaupun ia seorang budak Habsyi. Allah Ta’ala telah menjelaskan hal ini dengan penjelsan yang indah, lengkap dan sempurna, baik dari sisi syar’i maupun qadari (kauniyah/bukti), sehingga tidak membutuhkan penjelasan lagi. Kemudian perkara ini berubah menjadi satu hal yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang yang mengaku berilmu. Oleh karena itu, bagaimana mereka bisa mengamalkannya?
--------------------------
  • Pentingnya imam dan jamaa'ah
  • Dalil wajibnya mendengar dan taat kepada pemerintah kaum muslimin

اَلْأَصْلُ الرَّابِعُ بَيَانُ الْعِلْمِ وَالْعُلَمَاءِ ، وَالْفِقْهِ وَالْفُقَهَاءِ ، وَبَيَانُ مَنْ تَشَبَّهَ بِهِمْ وَلَيْسَ مِنْهُمْ ، وَقَدْ بَيَّنَ اللهُ تَعَالَى هَذَا الْأَصْلَ فِيْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ مِنْ قَوْلِهْ : {يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ ...}[سورة البقرة، الآية: 40] ، إِلَى قَوْلِهِ قَبْلَ ذِكْرِ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : {يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ ...}[سورة البقرة، الآية: 47] الآية . وَيَزِيْدُهُ وُضُوْحًا مَا صَرَّحَتْ بِهِ السُّنَّةُ فِيْ هَذَا مِنَ الْكَلَامِ الْكَثِيْرِ الْبَيِّنِ الْوَاضِحِ لِلْعَامِّيِّ الْبَلِيْدِ ، ثُمَّ صَارَ هَذَا أَغْرَبَ الْأَشْيَاءِ ، وَصَارَ الْعِلْمُ وَالْفِقْهُ هُوَ الْبِدَعُ وَالضَّلَالَاتِ ، وَخِيَارُ مَا عِنْدَهُمْ لَبْسُ الْحَقِّ بِالْبَاطِلِ ، وَصَارَ الْعِلْمُ الذِيْ فَرَضَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَى الْخَلْقِ وَمَدَحَهُ لَا يَتَفَوَّهُ بِهِ إِلَّا زِنْدِيْقٌ أَوْ مَجْنُوْنٌ ، وَصَارَ مَنْ أَنْكَرَهُ وَعَادَاهُ وَصَنَّفَ فِيْ التَّحْذِيْرِ مِنْهُ وَالنَّهْيِ عَنْهُ هُوَ الْفَقِيْهُ الْعَالِمُ

Landasan Keempat - Penjelasan tentang ilmu dan ulama, fikih dan ahli fikih, dan orang-orang yang menyerupai mereka, namun bukan termasuk mereka

Landasan keempat ini berisi penjelasan tentang ilmu dan ulama, fikih, dan ahli fikih serta orang yang berlagak seperti mereka namun tidak termasuk golongan mereka. Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan landasan ini dalam awal surat Al-baqarah dalam firmannya: "Hai Bani Israil, ingatlah kalian kepada nikmat-Ku yang Aku berikan kepada kalian dan penuhilah janji-Ku, niscaya Aku penuhi janji kalian.” (QS. al-Baqarah: 4) sampai firmannya: "Hai, Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang Aku berikan kepada kalian dan sesungguhnya Aku telah melebihkan kalian atas seluruh manusia.” (QS. al-Baqarah: 47).
Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga menjelaskan hal ini sehingga menjadi semakin jelas dan gamblang bagi orang awam yang bodoh sekalipun. Akan tetapi, di kemudian hari perkara ini menjadi sesuatu yang paling asing; ilmu dan fikih dianggap sebagai bid’ah dan kesesatan. Pilihan terbaik menurut mereka adalah mengaburkan antara yang hak dan yang batil. Mereka menganggap ilmu yang wajib dipelajari manusia dan pujian bagi orang-orang yang berilmu hanyalah bualan orang-orang zindiq atau gila, sedangkan orang yang mengingkari dan memusuhi ilmu serta melarang orang-orang yang mempelajarinya dianggap sebagai orang yang fakih dan ‘alim.
--------------------------
  • Ilmu yang dipuji dalam syariat ialah ilmu agama
  • Diantara penyalahgunaan pemakaian ilmu : menghubungkan al-quran dengan teori tertentu
  • Keutamaan ilmu

اَلْأَصْلُ الْخَامِسُ بَيَانُ اللهِ سُبْحَانَهُ لِأَوْلِيَاءِ اللهِ وَتَفْرِيْقُهُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ بِهِمْ مِنْ أَعْدَاءِ اللهِ وَالْمُنَافِقِيْنَ وَالْفُجَّارِ، وَيَكْفِيْ فِيْ هَذَا آيَةٌ فِيْ آلِ عُمْرَانَ وَهِيَ قَوْلُهُ: {قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّهُ ...}[سورة آل عمران، الآية: 31] الآية ، وَآيَةٌ فِيْ الْمَائِدَةِ وَهِيَ قَوْلُهُ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهِ فَسَوْفَ يَأْتِيْ اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهُ ...}[سورة المائدة، الآية: 54] الآية ، وَآيَةٌ فِيْ يُوْنُسَ وَهِيَ قَوْلُهُ: {أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ . الذِيْنَ آمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ}[سورة يونس ، الآيتان: 62-63] ، ثُمَّ صَارَ الْأَمْرُ عِنْدَ أَكْثَرِ مَنْ يَدَّعِيْ الْعِلْمَ وَأَنَّهُ مِنْ هُدَاةِ الْخَلْقِ وَحُفَّاظِ الشَّرْعِ ، إِلَى أَنَّ الْأَوْلِيَاءَ لَا بُدَّ فِيْهِمْ مِنْ تَرْكِ اتِّبَاعِ الرُّسُلْ وَمَنْ تَبِعَهُمْ فَلَيْسَ مِنْهُمْ . يَا رَبَّنَا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ

Landasan Kelima - Penjelasan tentang siapa wali-wali Allah

Landasan kelima ini berisi penjelasan tentang wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perbedaan mereka dengan musuh-musuh Allah Ta’ala dari kalangan orang-orang munafik dan orang-orang jahat yang menyerupai mereka. Dalam masalah ini cukuplah kita memperhatikan satu ayat dari surat Ali ‘Imran yakni firman-Nya: "Katakanlah, ’Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.” (QS. Ali ‘Imran: 31). Dan satu ayat dalam surat al-Maidah yakni firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, siapa di antara kalian yang murtad dari agama Allah, maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.” (QS al-Maidah: 54). Serta satu ayat dalam surat Yunus yakni firman-Nya: "Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak akan merasa ketakutan dan tidak pula merasa bersedih hati (yakni) orang-orang yang beriman dan mereka tetap bertakwa.” (QS. Yunus: 62).
Kemudian makna wali-wali Allah ini diubah oleh mereka yang mengaku memiliki ilmu dan sanggup memberi petunjuk kepada manusia serta menguasai ilmu-ilmu syari’at. Mereka menganggap bahwa wali-wali Allah Ta’ala adalah mereka yang meninggalkan teladan para rasul, sedangkan yang meneladani para rasul bukan wali-wali Allah Ta’ala. Selain itu, menurut mereka, para wali mereka yang meninggalkan jihad, keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Barangsiapa yang berjihad, beriman dan bertakwa kepada Allah Ta’ala, maka dia bukan termasuk wali.
Ya Allah, kami mohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan (dari anggapan sesat mereka). Sesungguhnya Engkau maha mengabulkan doa.
--------------------------
  • Ayat ujian
  • Empat sifat wali Allah yg merupakan tanda dan buah cinta kepada Allah
  • Dua sifat wali Allah : iman dan takwa

اَلْأَصْلُ السَّادِسُ رَدُّ الشُّبْهَةِ(1) التِيْ وَضَعَهَا الشَّيْطَانُ فِيْ تَرْكِ الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ وَاتِّبَاعِ الْآرَاءِ وَالْأَهْوَاءِ الْمُتَفَرِّقَةِ الْمُخْتَلِفَةِ ، وَهِيَ أَيْ الشُّبْهَةِ(2) التِيْ وَضَعَهَا الشَّيْطَانُ هِيَ أَنَّ الْقُرْآنَ وَالسُّنَّةَ لَا يَعْرِفُهُمَا إِلَّا الْمُجْتَهِدُ الْمُطْلَقُ، وَالْمُجْتَهِدُ هُوَ الْمَوْصُوْفُ بِكَذَا وَكَذَا أَوْصَافًا لَعَلَّهَا لَا تُوْجَدُ تَامَّةً فِيْ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ الْإِنْسَانُ كَذَلِكَ فَلْيُعْرِضْ عَنْهُمَا فَرْضًا حَتْمًا لَا شَكَّ وَلَا إِشْكَالَ فِيْهِ ، وَمَنْ طَلَبَ الْهُدَى مِنْهُمَا فَهُوَ إِمَّا زِنْدِيْقٌ ، وَإِمَّا مَجْنُوْنٌ لِأَجْلِ صُعُوْبَتِهِمَا . سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ ، َوَالْأَمْرُ بِرَدِّ هَذِهِ الشُّبْهَةِ الْمَلْعُوْنَةِ مِنْ وُجُوْهٍ شَتَّى بَلَغَتْ إِلَى أَمْرِ الضَّرُوْرِيَّاتِ الْعَامَّةِ ، وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ، {لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ . إِنَّا جَعَلْنَا فِيْ أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الأَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ . وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ . وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ . إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيْمٍ}[سورة يس ، الآيات: 7-11] . آخِرُهُ ، وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Landasan Keenam - Bantahan terhadap syubhat yang dilontarkan oleh setan, yang berisi ajakan untuk meninggalkan al-Quran dan as-Sunnah

Landasan keenam berisi bantahan terhadap syubhat yang dilontarkan oleh setan yang mengajak manusia meninggalkan Al Qur’an dan As Sunnah kemudian mengikuti pendapat hawa nafsu yang beragam. Syubhat yang mereka lontarkan adalah bahwa Al Qur’an dan As Sunnah tidak bisa dipahami kecuali oleh seoarng mujtahid, sedangkan mujtahid adalah seseorang yang mempunyai kriteria tertentu yang barangkali tidak akan dapat dimiliki oleh siapa pun, termasuk Abu Bakar dan Umar. Oleh karena itu, wajib bagi kita meninggalkan Al Qur'an dan As Sunnah, tidak ragu dan tidak samar lagi. Barangsiapa yang mencari petunjuk dari Al Qur’an dan As Sunnah, maka dia adalah zindiq atau gila, karena ketidakmungkinan memahami keduanya.
Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya. Betapa banyak penjelasan Allah Subhanahu wa Ta’ala , baik dengan perintah-perintah dan larangan maupun dengan hukum-hukum kauni dalam membantah syubhat yang tercela ini mencakup berbagai seginya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Allah Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, sehingga mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Allah Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Na. Berilah kabar gembira (kepada orang-orang seperti ini) ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yaasin: 7-11).
Akhirnya, segala puji bagi Allah Rabbul’Alamin dan shalawat dan salam semoga terlimpah atas Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya sampai hari kiamat.
--------------------------
  • 3 macam isi al-quran
  • contoh ayat-ayat yg dapat difahami orang awam
Maraji' :
- Syarh Ushul Sittah Syaikh Shalih Fauzan
- Syarh Ushul Sittah Syaikh 'Utsaimin

22 Maret 2016

Fawaid 'Umdatul Fiqh - Kitab Zakat

Maret 22, 2016 Posted by Abu Kaab , , , No comments

  • Nishob Emas = 85 gram (+- 43jt, 2015 M),
  • Nishob Perak = 595 gram,
  • Syarat 'aamil zakat ada 4 : muslim, adil dan tsiqoh, faham ttg zakat, mampu beramal
  • Dakwah kepada Allah dan apa2 yg mendukungnya, termasuk fii sabiilillaah (majma' fiqh islamiy ke-8),
  • Bani Hasyim ada 5 : keluarga Ali, Ja'far, 'Aqiil, al-'Abbaas, dan Haarits



Mudarris : Syaikh Rosyid bin 'Utsman az-Zahraaniy

26 April 2015

Iman Terhadap Kitab-kitab Suci

April 26, 2015 Posted by Abu Kaab , , No comments
Iman terhadap kitab suci merupakan salah satu landasan agama kita. AllahTa`ala berfirman yang artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman dengan Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi….” (QS. Al-Baqarah: 177) Rasulullah ketika ditanya oleh Jibril `alaihis salam tentang iman, beliau menjawab:“(Iman yaitu) Engkau beriman dengan Allah, para Malaikat, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman dengan takdir yang baik dan buruk.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan: “Kitab (biasa disebut dengan Kitab suci) adalah kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya sebagai rahmat untuk para makhluk-Nya, dan petunjuk bagi mereka, supaya mereka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.” (lihat kitab Rasaail fil `Aqiidah karya Syaikh Utsaimin)
Cakupan Iman dengan Kitab Suci
Masih dalam kitab yang sama, beliau juga mengatakan: “Iman dengan kitab suci mencakup 4 perkara:
1.Iman bahwasanya kitab-kitab tersebut turun dari Allah Ta`ala.
2.Iman dengan nama-nama yang kita ketahui dari kitab-kitab tersebut, seperti al-Qur`an yang Allah turunkan kepada Muhammad shallallahu `alaihi wa sallam, Taurat kepada Musa, Injil kepada Isa, dan lain sebagainya.
3.Pembenaran terhadap berita-berita yang shahih, seperti berita-berita yang ada dalam al-Qur`an dan kitab-kitab suci sebelumnya selama kitab-kitab tersebut belum diganti atau diselewengkan.
4.Pengamalan terhadap apa -apa yang belum di-nasakh dari kitab-kitab tersebut, rida terhadapnya, dan berserah diri dengannya, baik yang diketahui hikmahnya, maupun yang tidak diketahui.” (Rasaail fil `Aqiidah)
Sumber dan Tujuan Penurunan Kitab Suci
Seluruh kitab-kitab suci sumbernya adalah satu, yaitu dari Allah Jalla wa `Alaa. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “ Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.  Dia menurunkan al-Kitab (al-Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan Kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (al-Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan dia menurunkan al-Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).” (QS. Ali Imran: 2-4)
Tujuan penurunan kitab-kitab suci juga satu, yaitu tercapainya peribadatan hanya kepada Allah semata, sebagaimana terdapat dalam firman Allah Ta`ala dalam surat al-Maidah ayat 44 – 50. (Untuk pembahasan lebih rinci, lihat kitab ar-Rusul war Risaalaat karya `Umar bin Sulaiman al-Asyqar, hal 231 – 235)
Kedudukan al-Qur`an di antara Kitab-kitab Suci Lainnya
Al-Qur`an merupakan kitab suci terakhir dan penutup dari kitab-kitab suci sebelumnya. Selain itu, al-Qur`an juga merupakan hakim atas kitab-kitab suci sebelumnya. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan kami telah turunkan kepadamu al-Qur`an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan muhaiminan (batu ujian) terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu…. ” (QS. Al-Maidah: 48)
Al-Qur`an merupakan kitab suci paling panjang dan paling luas cakupannya. Rasulullah shallallahu `alahi wa sallam bersabda: “Saya diberi ganti dari Taurat dengan as-sab`ut thiwaal (tujuh surat dalam al-Qur`an yang panjang-panjang). Saya diberi ganti dari Zabur dengan al-mi`iin (surat yang jumlah ayatnya lebih dari seratus). Saya diberi ganti dari Injil dengan al-matsani (surat yang terulang-ulang pembacaannya dalam setiap rekaat shalat) dan saya diberi tambahan dengan al-mufashshal (surat yang dimulai dari Qaf sampai surat an-Naas).” (HR. Thabarani dan selainnya, dishahihkan sanadnya oleh al-Albani)
Di antara perkara lain yang menjadi kekhususan al-Qur`an dari kitab-kitab suci lainnya adalah penjagaan Allah terhadapnya. Allah Ta`alaberfirman yang artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Sekilas Tentang Taurat
Taurat adalah kitab yang Allah turunkan kepada Musa `alahis salam. Taurat merupakan kitab yang mulia yang tercakup didalamnya cahaya dan petunjuk. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)….” (QS. Al-Maidah: 44)
Taurat yang ada saat ini – biasa disebut dengan kitab perjanjian lama – , setiap orang yang berakal tentu mengetahui bahwa taurat tersebut bukanlah taurat yang dahulu diturunkan kepada Musa `alaihis salam. Hal itu bisa diketahui dari beberapa bukti berikut:.
  • Ketidakmampuan mereka (baik Yahudi maupun Nashrani) dalam menunjukkan sanad ilmiah yang sampai kepada Musa `alaihis salam, bahkan mereka mengakui bahwa Taurat pernah hilang selama beberapa kali.
  • Terjadi banyak kontradiksi di dalamnya, yang menunjukkan bahwa sudah banyak terjadi campur tangan para ulama yahudi dalam merubah isi Taurat.
  • Banyak terdapat kesalahan ilmiah.
  • Dan masih banyak bukti lainnya.
Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan Kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 79)
Sekilas Tentang Injil
Sedangkan Injil, dia adalah kitab yang Allah turunkan kepada Isa `alaihis salam sebagai penyempurna dan penguat bagi Taurat, mencocoki dangannya dalam sebagian besar syariatnya, petunjuk kepada jalan yang lurus, membedakan kebenaran dan kebatilan, dan menyeru kepada peribadatan kepada Allah Ta`ala semata.
Sebagaimana taurat yang ada sekarang bukanlah taurat yang dahulu diturunkan kepada Musa, demikian juga injil yang ada sekarang, juga bukan injil yang diturunkan kepada Isa `alaihimas salam. Di antara bukti dari penyataan tersebut:
  • Penulisan injil terjadi jauh beberapa tahun setelah diangkatnya Isa`alaihis salam.
  • Terputusnya sanad dalam penisbatan penulisan injil-injil tersebut kepada penulisnya.
  • Banyak terdapat kontradiksi dan kesalahan ilmiah di dalamnya
  • Dan masih banyak bukti lainnya.
(untuk mendapatkan pembahasan lebih rinci tentang keberadaan Taurat dan Injil yang ada sekarang, silahkan merujuk ke kitab Izhaarul Haq karya Rahmatullah al-Hindy)
Bolehkah mengikuti Taurat dan Injil setelah Turunnya al-Qur`an?
Jawabnya: Tidak boleh. Bahkan, kalau seandainya kitab-kitab tersebut (Taurat atau Injil yang ada sekarang) adalah benar berasal dari para Nabi  mereka, maka kita tetap tidak boleh mengikutinya karena kitab-kitab tersebut diturunkan khusus kepada umat nabi tersebut dan dalam tempo yang terbatas, dan kitab-kitab tersebut sudah di-nasakh oleh al-Qur`an. Allah Ta`ala berfirman yang artinya: “Dan kami telah turunkan kepadamu al-Qur`an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan muhaiminan (batu ujian) terhadap kitab-kitab yang lain itu;…. ” (QS. Al-Maidah: 48)
Bahkan wajib bagi Yahudi dan Nashrani saat ini untuk mengikuti al-Qur`an. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Tidaklah seorang pun dari Yahudi dan Nasrani yang mendengar akan diutusnya aku, kemudian mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.” (HR. Bukahri dan Muslim)
Demikianlah sedikit bahasan tentang Iman dengan kitab suci. “Wahai Rabb kami, tambahkan kepada kami keimanan, keyakinan, kefakihan, dan ilmu.
Rujukan utama:
Al-Iman bil Kutub, karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd.
Penulis : Abu Ka’ab Prasetyo
Sumber : http://muslim.or.id/aqidah/iman-terhadap-kitab-kitab-suci.html

23 April 2015

Al-Quran - Makna dan Keistimewaan-keistimewaannya

April 23, 2015 Posted by Abu Kaab , , , No comments
Sungguh, al-Quran memiliki banyak sekali keistimewaan. Perkara tersebut tentu tidak samar lagi bagi siapa saja yang membaca al-Quran, as-Sunnah, dan kitab-kitab para ulama kaum muslimin, karena di dalamnya banyak menyebutkan keistimewaan-keistimewaan tersebut. Bahkan, mantan perdana mentri salah satu negara di Eropa yang tahu sedikit tentang keistimewaan al-Quran mengatakan, “Selama al-Quran ini masih ada, Eropa tidak akan sanggup menguasai Timur yang Islam.”
Namun sangat disayangkan, sebagian orang yang menisbahkan dirinya kepada Islam berusaha mengaburkan perkara ini. Sebagian dari mereka menyamakan al-Quran dengan kitab-kitab suci agama lain yang ada saat ini. Bahkan, sebagian yang lain menyamakannya dengan kitab-kitab buatan manusia. Kita berlindung kepada Allah dari kejelekan mereka.
Pada bahasan utama kali ini, kami sampaikan sedikit bahasan tentang makna al-Quran dan  sebagian keistimewaan-keistimewaannya. Semoga hal ini dapat menambah ilmu kita dan menjadikan kita lebih bersungguh-sungguh dalam membaca, mempelajari, mengamalkan, dan mendakwahkan apa-apa yang ada di dalamnya.

Makna Al-Quran

Secara istilah, al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dimana seseorang beribadah dengan membacanya. Berikut ini penjelasan singkat terhadap makna tersebut:

  • “Firman Allah,” (kalam Allah) tidak mencakup perkataan manusia, jin, malaikat, atau makhluk selain mereka. Allah Ta'ala berfirman yang artinya, “Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar kalam Allah (al-Quran), kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS. At-Taubah: 6)
  • “yang diturunkan,” tidak mencakup firman Allah yang Dia sembunyikan menjadi ilmu ghaib di sisi-Nya, atau firman Allah kepada malaikat untuk mereka laksanakan (tidak untuk mereka turunkan kepada salah seorang manusia). Allah Ta'ala berfirman yang artinya, “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al-Kahfi: 109)
  • “kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam,” tidak mencakup firman Allah yang diturunkan kepada selain beliau, seperti Taurat yang diturunkan kepada Musa 'alaihis salam, Injil yang diturunkan kepada Isa 'alaihis salam, dan selainnya. Allah Ta'ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (QS. Al-Insan: 23)
  • “dimana seseorang beribadah dengan membacanya,” tidak mencakup hadits qudsi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa membaca satu huruf saja dari al-Quran, maka dengannya dia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipat-gandakan menjadi sepuluh....” (HR. Tirmidzi, shahih)

(lihat Dirasat fi 'Ulumil Quran hal. 23)

Sebagian Keistimewaan Al-Quran

Dari makna al-Quran di atas, tampak bagi kita sebagian keistimewaan-keistimewaan al-Quran, diantaranya:

  • Al-Quran merupakan kalam Allah Ta'ala.
  • Membacanya , baik di dalam shalat maupun di luar shalat, ternilai sebagai ibadah.
  • Al-Quran diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dimana beliau merupakan rasul paling mulia dan terakhir yang tidak ada lagi nabi dan rasul setelah beliau.
  • Al-Quran merupakan mukjizat. 
Mukjizat merupakan salah satu dari beberapa hal yang menunjukkan atas benarnya kerasulan Muhammad shallallahu 'alihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah menantang bangas Arab – bersamaan dengan kebencian mereka terhadap beliau shallallahu 'alihi wa sallam dan kefasihan mereka dalam berbahasa – untuk membuat satu surat saja yang semisal dengan dengan al-Quran. Namun, mereka tidak mampu dan tidak akan mampu; lebih-lebih lagi selain mereka dari selain bangsa Arab. Allah Ta'ala berfirman yang artinya, “Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar.” (QS. Yunus: 38)

  • Al-Quran dijamin terlepas dari perubahan dan penggantian. 
Allah Ta'ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Keistimewaan ini tidak dimiliki oleh kitab-kitab samawi lainnya, seperti Injil dan Taurat, karena keduanya telah dirubah oleh Yahudi dan Nashara.

  • Al-Quran dijamin terlepas dari saling kontradiksi. 
Hal tersebut berdasarkan firman Allah yang artinya, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa:82) Ibnu
Katsir rahimahullah mengatakan, “Andaikan al-Quran itu buatan manusia –  seperti yang dikataka oleh orang-orang jahil yang musyrik dan munafik hati mereka –, tentulah mereka akan mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya. Sedangkan al-Quran terlepas dari perselisihan, sehingga menunjukkan bahwa ia berasal dari sisi Allah Ta'ala....”
Dan sejarah telah membuktikan bahwa siapa saja yang berusaha merubah al-Quran, pasti Allah Ta'ala membongkar kedoknya.

  • Di dalam al-Quran ada semua yang dibutuhkan manusia berupa akidah, ibadah, hukum, muamalah, akhlak, politik, ekonomi, dan lain sebagainya dari hal-hal yang pasti dibutuhkan oleh masyarakat. 
Allah Ta'ala berfirman yang artinya, “Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab.” (QS. Al-An'am: 38) Imam Thabari rahimahullah berkata menafsirkan firman Allah yang artinya, “Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89), beliau rahimahullah mengatakan: “Diturunkan kepadamu, wahai Muhammad, al-Quran ini sebagai penjelas bagi semua yang dibutuhkan oleh manusia, untuk mengetahui halal, haram, pahala dan siksa....”

  • Al-Quran merupakan obat penyembuh hati dari penyakit syirik, nifak, dan selainnya; dan juga ada ayat-ayat dan surat-surat untuk kesembuhan jasmani, seperti surat al-Fatihah, surat al-Falaq, surat an-Naas, dan selainnya, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang shahih. 
Allah Ta'ala berfirman yang artinya, “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra: 82)
Allah juga berfirman yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

Dan masih banyak keistimewaan-keistimewaan lainnya. (lihat Kaifa Nafhamul Quran -terj Bagaimana Kita Memahai al-Quran)

Demikianlah sedikti pembahasan tentang makna al-Quran dan sebagian keistimewaan-keistimewaannya. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita untuk senantiasa berpegang teguh dengan Kitab-Nya yang mulia.

Maraji' utama:
- Dirasat fi 'Ulumil Quran, karya Syaikh Fahd bin 'Abdirrahman ar-Rumiy,
- Kaifa Nafhamul Quran, karya Syaikh Jamil Zainu (terj: Bagaimana Kita Memahai al-Quran, penerbit: Cahaya Tauhid Press)

21 April 2015

Abu Hurairah - Penghafal hadits lagi Orang yang Berbakti kepada Orang Tua

April 21, 2015 Posted by Abu Kaab , , , No comments
Beliau adalah ‘Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausy radhiyallahu ‘anhu. Beliau masuk islam pada tahun ke-7 Hijriyah.

Paling Banyak Hafalannya

Setelah masuk islam, beliau terus memusatkan perhatiannya untuk menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suatu saat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam suatu majelisnya, “Barangsiapa yang membantangkan kainnya, maka dia tidak akan lupa terhadap apa-apa yang telah dia dengar dariku. ” Maka Abu Huraira membentangkan kainnya sampai beliau shallallahu ‘alaih wa sallam menyelesaikan haditsnya, lalu dia meraih kainnya tersebut. (HR. Muslim)
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila beliau radhiyallahu ‘anhu merupakan shahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits darinya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam Syafi’I mengatakan tentang beliau radhiyallahu anhu : “la merupakan seorang yang paling banyak hafalannya di antara seluruh perawi hadits sesamanya.”
Imam Bukhari mengatakan, “Ada delapan ratus orang atau lebih dari shahabat, tabi’in, dan ahli ilmu yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah.”
Pada suatu hari Marwan bin Hakam bermaksud menguji kemampuan hafalan Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Maka dia dipanggil, dan dibawa duduk bersamanya. Kemudian, dia diminta untuk mengabarkan hadits-hadits dari Rasusullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Sementara itu, dia menyuruh penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari balik dinding. Setelah berlalu satu tahun, Abu Hurairah dipanggil kembali dan diminta untuk menyampaikan kembali hadits-hadits yang dulu ia sampaikan di tempat tersebut. Ternyata, tidak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu, walau satu patah kata pun.

Berbakti kepada Orang Tua

Semenjak ia menganut Islam, tidak ada yang memberatkan dan menekan perasaannya dari berbagai persoalan hidupnya, kecuali satu masalah yang hampir menyebabkannya tak dapat memejamkan mata. Masalah itu ialah mengenai ibunya yang waktu itu menolak untuk masuk Islam, bahkan ia sesekali mengejek Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di depannya… Namun demikian, hal itu tidak membuat dia patah semangat untuk senantiasa berbakti kepadanya, khususnya dengan berusaha memberikan hidayah kepada ibunya untuk masuk Islam.
Imam muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Yazid bin 'Abdurahman, bahwasannya ia berkata: Abu Hurairah bercerita kepadaku:
“Aku senantiasa mengajak ibuku yang masih musyrik untuk masuk islam. Suatu hari, ketika aku mengajaknya untuk masuk islam, ia malah mengucapkan kepadaku tentang Rasulullah sesuatu yang aku tidak senang mendengarnya. Lalu aku mendatangi Rasulullah dalam keadaan menangis, kemudian aku katakan kepada beliau: 'Wahai Rasulullah, aku mengajak ibuku untuk masuk islam. Akan tetapi, ia enggan, bahkan sampai mengucapkan sesuatu tentang Engkau yang aku tidak senang mendengarnya. Berdo'alah, agar Allah memberi hidayah kepada ibuku.' Maka Rasulullah bersabda: 'Ya Allah, berikanlah hidayah kepada ibu Abu Hurairah.'
Kemudian, aku (kata Abu Hurairah) keluar dalam keadaan berbahagia dengan do'a dari Rasulullah. Setelah sampai di depan rumah, aku dapati pintunya tertutup. Ibuku mendengar langkah kakiku, lalu ia berkata: 'Tetaplah di tempatmu, wahai Abu Hurairah!' Saat itu, aku mendengar suara air.” Dia (Abu Hurairah) berkata (melanjutkan ceritanya): “Ibuku mandi, lalu segera memakai baju dan kerudungnya. Setelah itu, ia membuka pintu dan berkata : 'Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwasannya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan aku juga bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.'
Kemudian, aku kembali menemui Rasulullah sambil menangis karena sangat bahagia. Aku berkata kepada beliau: 'Wahai Rasulullah, berbahagialah! Sungguh Allah telah mengabulkan do'amu dan telah memberi hidayah kepada ibunya Abu Hurairah.' Kemudian beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya dan mengatakan sesuatu yang baik. Aku pun berkata: 'Wahai Rasulullah, berdo'alah kepada Allah agar menjadikanku dan ibuku mencintai hamba-hamba-Nya yang beriman, dan menjadikan merekapun mencintai kami.' Rasulullah bersabda: “Ya Allah, jadikanlah hati kaum mu'minin mencintai kedua hamba-Mu ini – yakni Abu Hurairah dan ibunya – dan jadikanlah keduanya mencintai kaum mu'minin.” Maka tidak ada seorang mu'min pun yang mendengar dan melihatku, kecuali ia mencintaiku.'” (HR. Muslim)

Bagi pembaca yang ingin mendapatkan biografi yang lebih rinci tentang beliau, silahkan membaca kitab al-Ishobah karya Ibnu Hajar rahimahullah.
Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita untuk bisa mengikuti jalan beliau dan para shahabat lainnya radhiyallahu ‘anhum ajma’iin.